Pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) global sedang mengalami transformasi besar, didorong oleh inovasi dan ekspansi agresif dari produsen asal China dan Asia. Dengan harga yang kompetitif, teknologi canggih, dan dukungan kebijakan pemerintah, kendaraan listrik dari kawasan ini telah mengguncang pasar otomotif dunia, termasuk di Indonesia. Artikel ini akan mengulas perkembangan pesat kendaraan listrik dari China dan Asia, keunggulan mereka, tantangan yang dihadapi, serta dampaknya terhadap pasar global dan lokal.
Dominasi China dalam Industri Kendaraan Listrik
China telah menjadi kekuatan utama dalam industri kendaraan listrik global, menguasai sekitar 60-70% pangsa pasar dunia hingga akhir 2023. Pada 2024, dari 17 juta kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) dan hibrida plug-in (PHEV) yang terjual secara global, 11 juta di antaranya berada di China. Faktor utama di balik dominasi ini meliputi:
- Sumber Daya dan Produksi Baterai: China memiliki akses ke sumber daya mineral kritis seperti litium, nikel, dan kobalt, serta industri pengolahan baterai yang maju. Mereka mendominasi produksi baterai litium-ion, termasuk jenis LFP (lithium iron phosphate) yang digunakan untuk kendaraan berukuran kecil.
- Investasi Besar dan Dukungan Pemerintah: Pemerintah China telah menggelontorkan miliaran dolar untuk subsidi, insentif, dan pengembangan infrastruktur pengisian daya, mendorong pertumbuhan pesat industri EV.
- Beragam Merek dan Model: Lebih dari 100 merek kendaraan listrik telah muncul di China sejak 1995, dengan sekitar 60% di antaranya menguasai pasar global. Nama-nama seperti BYD, NIO, Xpeng, dan Geely telah menjadi pemain kunci, menawarkan produk dari city car hingga supercar listrik.
Pada 2024, BYD bahkan berhasil menyalip Tesla sebagai produsen kendaraan listrik terlaris di dunia, menunjukkan keunggulan kompetitif mereka di pasar global. Selain itu, perusahaan teknologi seperti Huawei dan Xiaomi juga mulai memasuki pasar EV dengan konsep “ruang pintar” yang mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dan pengemudian otonom.
Ekspansi ke Pasar Global dan Indonesia
Produsen kendaraan listrik China tidak hanya mendominasi pasar domestik, tetapi juga ekspansi ke pasar global, termasuk Eropa, Asia Tenggara, dan Indonesia. Beberapa poin penting:
- Pasar Global: Merek seperti NIO, Xpeng, Zeekr, dan BYD mulai dikenal di Eropa, bersaing dengan merek tradisional seperti Ford dan Volkswagen. Pada 2024, merek China menguasai 10% penjualan EV dan PHEV global di luar China, dengan proyeksi pertumbuhan yang signifikan. Sembilan mobil listrik China, termasuk dari BYD, Xpeng, dan NIO, meraih peringkat bintang lima dalam uji keselamatan Euro NCAP 2023, menunjukkan kualitas dan keamanan yang kompetitif.
- Indonesia: Pasar kendaraan listrik di Indonesia semakin semarak dengan kehadiran merek China seperti BYD, Wuling, Chery, Neta, DFSK, dan Xpeng. Pada Agustus 2024, BYD menjadi merek terlaris di Indonesia dengan penjualan 2.971 unit. Pemerintah Indonesia juga mendorong empat produsen China (Wuling, Chery, Neta, dan Sokonindo) untuk menjadikan Indonesia sebagai basis manufaktur untuk ekspor kendaraan listrik setir kanan ke 54 negara.
Selain China, produsen dari Asia lainnya seperti Hyundai dan Kia dari Korea Selatan juga turut meramaikan pasar Indonesia dengan model seperti Ioniq 5 dan Kona Electric.
Keunggulan Kendaraan Listrik China dan Asia
Kendaraan listrik dari China dan Asia menawarkan sejumlah keunggulan yang membuatnya diminati:
Fokus pada Keamanan dan Kenyamanan: Fitur seperti Magazine Battery pada AION Y Plus (tahan panas hingga 1.400°C) dan Intelligent Cruise Assist meningkatkan keamanan dan kenyamanan berkendara.
Harga Terjangkau: Mobil listrik China seperti Wuling Hong Guang Mini EV dijual dengan harga mulai dari Rp60 juta di China, jauh lebih murah dibandingkan kompetitor dari Barat. Di Indonesia, model seperti DFSK Mini EV dibanderol mulai dari Rp189 juta, menjadikannya pilihan ramah kantong.
Teknologi Canggih: Banyak model dilengkapi fitur AI, pengemudian otonom, dan pembaruan over-the-air, seperti yang dipelopori Tesla. Contohnya, Xpeng X9 memiliki teknologi penggerak otonom dan kabin luas dengan ruang bagasi hingga 2.554 liter.
Jarak Tempuh Kompetitif: Model seperti BYD Seal (650 km), Xpeng G6 (570 km), dan AION Y Plus menawarkan jarak tempuh yang mampu bersaing dengan merek premium seperti Tesla.
Desain Beragam: Dari city car (Wuling Air EV), SUV (Chery Omoda E5), hingga MPV (Xpeng X9), produsen China menawarkan variasi untuk berbagai segmen pasar.
Tantangan dan Kekhawatiran
Meskipun pesat, ekspansi kendaraan listrik China menghadapi sejumlah tantangan:
Infrastruktur Lokal: Di Indonesia, meskipun permintaan meningkat, infrastruktur pengisian daya masih terbatas, menjadi tantangan bagi adopsi massal kendaraan listrik.
Kekhawatiran Keamanan: Ada kekhawatiran bahwa kendaraan listrik China, yang sering terhubung ke internet, dapat digunakan untuk menyembunyikan spyware atau diretas. Di Inggris, pejabat militer bahkan dilarang membahas urusan pekerjaan di dalam mobil listrik karena risiko pengintaian.
Proteksionisme Barat: AS telah menaikkan tarif impor kendaraan listrik China menjadi 100% pada 2024, sementara Uni Eropa memberlakukan tarif hingga 45%. Hal ini mendorong produsen China mengalihkan fokus ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Persaingan Ketat: Dengan lebih dari 129 merek EV di China, diperkirakan hanya 15 yang akan bertahan secara finansial hingga 2030 karena perang harga dan margin keuntungan tipis.
Dampak di Indonesia
Di Indonesia, kehadiran kendaraan listrik China telah menggeser dominasi merek Jepang dan Korea. Pada 2024, penjualan mobil listrik melonjak menjadi 43.188 unit, didorong oleh insentif pemerintah seperti pembebasan bea masuk dan PPnBM untuk EV. Model seperti Wuling Air EV, BYD Dolphin, dan Chery Omoda E5 telah menjadi favorit karena harga terjangkau dan teknologi canggih. Selain itu, investasi produsen China seperti Geely dan Neta untuk membangun pabrik lokal mendukung hilirisasi dan penciptaan lapangan kerja.
Kendaraan listrik roda dua dari China, seperti SUNRA dan Yadea, juga semakin populer di Indonesia, menawarkan solusi hemat bahan bakar untuk kebutuhan sehari-hari seperti pengiriman barang.



