
Awal Mula Kendaraan Listrik
Pada 1830-an, Robert Anderson dari Skotlandia menciptakan kereta listrik pertama di dunia, menggunakan baterai primitif yang tidak dapat diisi ulang. Meski kurang praktis, ini menjadi tonggak awal. Pada 1835, Sibrandus Stratingh dan Thomas Davenport bereksperimen dengan kendaraan listrik skala kecil. Pada akhir abad ke-19, William Morrison dari Amerika Serikat memperkenalkan kendaraan listrik praktis pertama pada 1890-an, dengan kecepatan maksimum 14 mph. Pada 1900, EV menyumbang sepertiga kendaraan di AS karena keunggulannya: tidak berisik, tidak berbau, dan mudah dioperasikan dibandingkan mobil bensin.
Mundurnya Kendaraan Listrik
Keunggulan EV memudar pada awal abad ke-20. Penemuan starter elektrik untuk mesin bensin, produksi massal mobil bensin oleh Henry Ford, dan harga bahan bakar murah membuat EV kalah bersaing. Baterai pada masa itu memiliki jangkauan terbatas dan waktu pengisian lama, sehingga pada 1930-an, EV hampir menghilang dari pasar.
Kendaraan listrik (EV) telah menjadi simbol inovasi teknologi dan keberlanjutan, dengan sejarah yang dimulai jauh sebelum era modern. Perjalanan panjang ini mencakup eksperimen awal abad ke-19 dan abad ke-20 seperti yang digagas oleh Tesla, hingga dominasi merek-merek Tiongkok seperti BYD, Wuling, dan Denza di pasar global saat ini.
Kebangkitan Kendaraan Listrik
Krisis minyak 1970-an dan kesadaran lingkungan memicu minat baru terhadap EV. General Motors meluncurkan EV1 pada 1996, kendaraan listrik modern pertama yang diproduksi massal, namun dihentikan pada 2003 karena biaya tinggi dan tekanan industri minyak. Meski demikian, EV1 membuka jalan bagi inovasi modern.
Era Kendaraan Listrik Komersial Modern
Tesla Motors, didirikan pada 2003, mengubah paradigma dengan Roadster (2008) yang menawarkan jangkauan lebih dari 200 mil. Kesuksesan Tesla Model S (2012) dan Model 3 (2017) mendorong persaingan dari Nissan (Leaf), Chevrolet (Bolt), dan BMW (i3). Teknologi baterai lithium-ion dan infrastruktur pengisian yang berkembang menjadi pendorong utama.
Dominasi Kendaraan Listrik Tiongkok
Tiongkok muncul sebagai kekuatan dominan dalam pasar EV global, dengan merek seperti BYD, Wuling, dan Denza memimpin. BYD, yang awalnya produsen baterai sejak 1995, menguasai 22,2% pangsa pasar global pada 2025, mengungguli Tesla (10,3%) dan Wuling (4%). Di Indonesia, BYD mencatat penjualan 16.427 unit pada Januari-Juli 2025, dengan model populer seperti Atto 3, Seal, dan Dolphin. Wuling, dengan Air EV dan BinguoEV, terjual 6.210 unit pada periode yang sama, menawarkan harga kompetitif di bawah Rp500 juta. Denza, sub-merek premium BYD, mencatat 6.256 unit, fokus pada segmen premium. Keberhasilan Tiongkok didukung oleh strategi harga rendah, efisiensi rantai pasok, dan inovasi baterai LFP (Lithium-Ferro-Phosphate) yang lebih murah dan tahan lama, digunakan oleh BYD, Wuling, dan bahkan Tesla. Insentif pemerintah Indonesia, seperti pembebasan bea masuk dan pajak, juga mendorong impor EV Tiongkok, yang menguasai 80% pasar lokal pada 2025.
Masa Depan Kendaraan Listrik
Dari kereta sederhana Anderson hingga dominasi BYD, Wuling, dan Denza, EV telah menempuh perjalanan panjang. Dengan inovasi baterai solid-state dan dukungan kebijakan global, EV Tiongkok diperkirakan akan terus mendominasi, menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil demi masa depan yang lebih hijau.


